Memenuhi kebahagiaan dengan Ridho
Dan Saya berbicara bersama orang miskin, Dia mengutuk kemiskinannya dan ingin menjadi orang kaya.
Ada sebuah ungkapan ;
جلست مع المتزوج، فحدثني بشوق عن حياة العزوبية
Saya duduk bersama seorang yang sudah menikah, dia bercerita kepadaku tentang kerinduannya dengan masa bujang.
جلست مع الأ عزاب، فحدثني بحسد عن حياة المتزوجين
Saya duduk dengan seorang bujang, dia bercerita tentang keirian nya dengan orang yang sudah menikah.
حدثت الغني، فأخبرني عن شوقه لحياة البسطاء
Saya berbicara dengan orang kaya, Dia menceritakan kepadaku tentang keinginannya untuk hidup sederhana.
وحدثت الفقراء، فلعنو فقرهم واشتاقو للغناء
Dan Saya berbicara bersama orang miskin, Dia mengutuk kemiskinannya dan ingin menjadi orang kaya.
حدثت المثقف، فشتكى من علم في زمن الجهالة
Saya berbicara dengan Orang yang berpengetahuan luas, Dia mengeluh dan menginginkan berilmu sedikit seperti zaman bodohnya dahulu.
وحدثت الجاهل، فبكى على علم لم ينله
Dan Saya berbicara dengan orang bodoh, dia mengeluh dan menangis terhadap banyak ilmu yang belum diperolehnya.
حدثت العجوز، فهاما فى حديثه عن الطفولة
Saya berbicara dengan orang tua/lemah, Dia rindu dan berangan-angan untuk hidup seperti masa kecil.
وحدثت الطفل، فقال متى أصبح كبيرًا مثلكم
Dan saya berbicara dengan anak kecil, Dia protes kapan aku besar seperti kalian.
وحينما جلست مع نفسي، وحدثتها عن كل هؤلاء
lalu ketika saya duduk bersama diriku sendiri, dan aku ceritakan tentang perihal semua orang tadi.
قالت لي، كلهم سعداء. ولكن، ينقصهم الرضا. تلك هي حياتنا، ينقصها الرضا
Lalu Diriku berkata kepada Ku, seluruhnya bahagia. Namun, yang kurang hanyalah ridho. Itulah kehidupan kita, hanya kurang ridho.
فليس بعد رضا الله إلا الجنة
karena tidak ada setelah ridho Allah kecuali surga.
Dari ungkapan di atas dapat kita ambil intisarinya bahwa tujuan kita dalam hidup ini hanya dengan merasa ridho kepada Allah/merasa cukup dengan apa yang sedang kita miliki saat ini.
والله اعلم بالصواب
Post a Comment for "Memenuhi kebahagiaan dengan Ridho"