Pertemuan Abu Abbas Al-Mursi Dengan Imam As-Syadziliy
Pertemuan Abu Abbas Al-Mursi Dengan Imam As-Syadziliy
Al-Mursi menceritakan perjumpaannya dengan Syeikh Abu al-Hasan as-Syadzily sebagai berikut "Ketika aku tiba di Tunis, waktu itu aku masih muda, aku mendengar akan kebesaran Syeikh Abu al-Hasan. Lalu ada seseorang yang mengajakku menghadap beliau. Maka aku jawab "aku mau beristikharah dulu", setelah itu aku tertidur dan bermimpi melihat seorang lelaki yang mengenakan jubah hijau sambil duduk bersila. Di samping kanannya ada seorang laki-laki begitu juga di samping kirinya. Aku memandangi lelaki nan berwibawa itu. Sejurus kemudian lelaki itu berkata "aku telah menemukan penggantiku sekarang" dan disaat itulah aku terbangun.Selesai menunaikan sholat subuh, seseorang yang mengajakku mengunjungi Syeikh Abu al-Hasan datang lagi. Maka kami berdua pergi ke kediaman Syeikh Abu al-Hasan as-Syadzili. Aku heran begitu melihatnya. Syeikh yang ada di hadapanku inilah yang aku lihat dalam mimpi. Dan keherananku semakin menjadi ketika Syeikh Abul Hasan berkata padaku: "Telah aku temukan penggantiku sekarang" persis seperti dalam mimpiku. Selanjutnya beliau berkata "siapa namamu ?" Lalu aku sebutkan namaku, dengan tenang dan penuh kewibawaan beliau berujar "engkau telah ditunjukkan padaku semenjak 20 tahun yang lalu!".
Semenjak kejadian itu al-Mursi terus mendapatkan wejangan-wejangan dari gurunya Syeikh Abu al-Hasan ini. Mereka berdua membangun pondok (Zawiyyah) Zaghwan di daerah Tunis, di mana As-Syadzili menyebarkan ilmu kepada murid-muridnya yang beraneka ragam latar belakang dan profesinya. Ada dari kalangan ulama, pedagang juga orang awam.
Syeikh as-Syadzili sebetulnya sudah lama meninggalkan Tunis. la pergi ke Iskandariyah kemudian ke Mekkah pada tahun 642 H (1244 M) untuk menunaikan haji. Setelah menunaikan haji beliau pulang kembali ke Tunis, ini membuat orang bertanya-tanya. Dalam
hal ini dia menjawab "yang membuatku kembali lagi ke Tunis tidak lain adalah pemuda ini" (maksudnya Abu Abbas al-Mursi)". Setelah itu as-Syadzily kembali lagi ke Iskandariah bersama dengan al-Mursi, karena ada perintah dari Nabi Muhammad saw dalam mimpinya.
Baca Juga : Kisah Auliya Abu Al-Abbas Al-Mursi
Ada cerita darí Al-Mursi tentang perjalanan ke Iskandarlah ini "ketika aku menemani Syeikh dalam perjalanan menuju Iskandariah, aku merasa sangat susah sehingga aku tidak mampu menanggungnya. Lalu aku menghadap Syeikh. Ketika beliau melihat penderitaanku ini, beliau berkata: Hai Ahmad!", aku menjawab: "lya tuanku", Beliau berkata: "Allah telah menciptakan Adam a.s dengan tangan-Nya, dan memerintahkan malaikat-Nya untuk bersujud padanya. Allah kemudian menempatkannya di dalam surga, lalu menurunkannya ke bumi,. Demi Allah! Allah tidak menurunkannya ke bumi untuk mengurangi derajatnya, tapi justru untuk menyempurnakannya. Allah telah menggariskan penurunannya ke bumi sebelum Dia menciptakannya, sebagaimana firmannya "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".. (QS. Al-Baqarah [2]: 30). Allah tidak mengatakan di langit atau di surga. Maka turunnya Adam ke bumi adalah untuk memuliakannya bukan untuk merendahkanya,Karena Adam menyembah Allah di surga dengan di beri tahu akan diturunkan ke bumi supaya beribadah pada Allah. ketika dia telah mendapatkan kedua ibadah tadi, makapantaslah dia menyandang gelar pengganti (khalifah). Engkau ini punya kemiripan dengan Adam. Mula-mula kamu ada di langit di surga pemberitahuan (ta'rif) lalu engkau diturunkan ke bumi supaya engkau menyembah dengan kewajiban (taklif). Ketika engkau telah sempurna dalam kedua ibadah itu pantaslan engkau menyandang gelar pengganti (khalifah)".
Begitulah Syeikh as-Syadzili mengantarkan al-Mursi menuju kejalan Allah demi memenuhi hatinya dengan rahasia-rahasia ilahiyah, supaya kelak bisa menggantikannya, bahkan bisa dikatakan supaya dia jadi Abu al-Hasan itu sendiri. Sebagaimana as-Syadzili sendiri pernah mengatakan "Wahai Abu al-Abbas! Demi Allah, aku tidak mengangkatmu sebagai teman kecuali supaya kamu itu adalah saya, dan saya adalah kamu. Wahai Abu Al-Abbas.. Demi Allah, apa yang ada dalam diri para wali itu ada dalam dirimu, tapi yang ada pada dirimu itu tidak ada dalam diri para wali lainnya". Persatuan antara keduanya ini jelaskan oleh lbnuu Atho'illah as-Askandari: "Suatu ketika Syehk as-Syadzili ada di rumah Zaki al-Sarroj, sedang mengajar al-Mawaqif karangan an-Nafari, lalu beliau bertanya: "Kemana Al-Abbas? Ketika syeikh al-Mursi datang, beliau berkata: wahai anak-ku! bicaralah! Semoga Allah memberkahimu! bicaralah jangan diam", maka Syeikh Abu al-Abbas mengatakan: "Lalu aku diberi lisan Syeikh mulai saat itu. Al-Mursi telah menjadi murid dan khalifah Syeikh as-Syadzili dan beliau pun menyempurnakannya dengan menikahkan al-Mursi engan anak perempuannya.
Wallahu 'Alam Bis Shawaab
Allah..
ReplyDelete