Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Humanis Versi Islam

Islam sejak kelahirannya telah memproklamirkan dirinya sebagai agama yang sekaligus jalan hidup( way of life) yang rahmatan lil alamin (rahmat atau kasih sayang bagi semesta). Hal ini berdampak dalam pemikiran dan operasionalnya bahwa nilai-nilai kemanusiaan (humanisme) menjadi fondasi penting dalam perjalanan manusia di berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Salah satu garapan penting Islam adalah pendidikan (tarbiyah/ta'dib) humanistik yang kemudian dimunculkan secara intensif sekitar tahun 1970 an yang bertolak dari 3 teori filsafat, yaitu: pragmatisme, progresivisme, dan eksistensisalisme.

pragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan dengan aktivitas yang sengaja diarahkan untuk mengubah lingkungan pendidikan (sekolah) menjadi kehidupan lingkungan belajar yang demokratis dengan menjadikan semua orang berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan keputusan sesuai realitas (kondisi dan situasi) masyarakat.

pragmatisme memandang pendidikan sekolah seharusnya merupakan kehidupan dan lingkungan belajar yang demokratis dengan menjadikan semua orang berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. pengaruh pemikiran ini sangat dirasakan dalam kemunculan pemikiran humanis dan progresif. Inti pemikiran pragmatisme dalam pendidikan bahwa :
  1. Peserta didik siswa adalah subjek yang memiliki pengalaman
  2. Guru bukan orang yang tahu kebutuhan siswa untuk masa depannya
  3. Kurikulum harus sesuai kebutuhan siswa yang menekan proses daripada materi
  4. metode pembelajaran harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari pengalaman belajar yang berguna untuk masa depannya
  5. Dan kebijakan pendidikan hendaknya mengikuti arus perubahan sosial.

Adapun ide progresivisme, dipengaruhi oleh pragmatisme yang sangat menekankan adanya kebebasan aktualisasi diri bagi peserta didik supaya kreatif. Paham ini menekankan terpenuhinya kebutuhan dan kepentingan anak. Anak harus aktif membangun pengalaman kehidupan. Belajar tidak hanya dari buku dan guru tetapi juga dari pengalaman kehidupan. dasar orientasi teori progresivisme adalah perhatiannya terhadap anak sebagai peserta didik dalam pendidikan. Sebagai sebuah teori pendidikan, progresivisme menekankan kebebasan dalam aktualisasi diri supaya aktif, kreatif, dan inovatif yang hal itu menuntut lingkungan belajar yang demokratis sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna bagi kelompok sosial (at-tarbiyah al-ijtima'iyyah).

Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingku gan belajar yang menjadikan peserta didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan gagal

pengaruh terakhir munculnya pendidikan humanistik adalah eksistensialisme yang pilar utamanya adalah individualisme (al-tarbiyah al-fardiyyah). teori eksistensialisme lebih menekankan keunikan anak secara individual daripada progresivisme yang cenderung memahami anak dalam unit sosial. Anak sebagai individu yang unik. pandangan tentang keunikan individu ini mengantarkan kalangan humanis untuk menekankan pendidikan sebagai upaya pencarian makna personal dalam eksistensi manusia. pendidikan berfungsi untuk membantu kedirian individu supaya menjadi manusia bebas dan bertanggung jawab dalam memilih. Kebebasan manusia merupakan tekanan para. Dengan kebebasan tersebut peserta didik akan dapat mengaktualisasikan potensi dirinya secara maksimal. Karenanya, sistem pendidikan tidak boleh membahayakan karena tidak mampu mengembangkan individualitas dan kreativitas anak. Sistem pendidikan tersebut hanya mengantarkan mereka bersikap konsumeristik, menjadi penggerak mesin produksi, dan birokrat modern. Kondisi ini mematikan sifat-sifat kemanusiaan. Aliran ini memberikan semangat dan sikap yang bisa diterapkan dalam kegiatan pendidikan.

pemikiran pendidikan ini mengantarkan pandangan bahwa anak adalah individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga muncul keinginan belajar. Apabila lingkungan baik ( kondusif Untuk belajar), maka anak akan terdorong untuk belajar sendiri. Karena itu, pendidikan harus menciptakan iklim atau kondisi yang kondusif untuk belajar. Ketidakmauan anak untuk belajar disebabkan oleh kesalahan lingkungan yang kurang mendukung untuk dapat berperan aktif. Konsep menjadi penopang terbentuknya pemikiran pendidikan humanistik.

Humanisme sebagai Model Pendekatan

Pemikiran filosofis dari eksistensialisme dan pragmatisme yang didukung dengan pengembangan dan pembaruan pemikiran teori progresivisme menghasilkan pemikiran baru berupa pendidikan humanistik. Ide dari kedua teori pendidikan tersebut berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan dalam pragmatik terletak pada otoritas masyarakat (sosial), sedangkan dalam eksistensialisme bertumpu pada peran perorangan (individu). Karena itu, filsafat pragmatisme dan eksistensialisme merupakan sumber inspirasi munculnya pendidikan humanistik.

Dalam pendidikan humanistik sendiri, pada hakikatnya nya merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan yang dimaksudkan sebagai model pendekatan dengan cara mengembangkan potensi peserta didik dan pemanfaatan kesempatan secara optimal. pendekatan ini pada esensinya dengan semua teori atau model pendidikan adalah sama, meskipun dengan nama yang beraneka ragam, seperti pendidikan partisipatif, pendidikan integralistik, pendidikan progresif, pendidikan pembebasan, dan lain-lain, yaitu pengembangan potensi manusia.

Konsep utama dari pemikiran pendidikan humanistik menurut Mangunwijaya adalah menghormati harkat dan martabat manusia. Konsep ini dinyatakan Knight Central to the humanistic movement in education has been a desire to create learning environment where children would be free from intense competition, harsh discipline, and the fear of failure (Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan gagal)". Freire mengatakan; "Tidak ada dimensi humanistik dalam penindasan, juga tidak ada proses humanisasi dalam liberalisme yang kaku".

Pendidikan humanistik tidak boleh dimaknai sekedar persoalan penguasaan teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam masyarakat, tetapi juga dioerientasikan untuk lebih menaruh perhatian pada isu-isu fundamental dan esensial, seperti meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan, menyiapkan manusia unuk hidup bersama dunia, mengubah sistem sosial dengan berpihak kepada kaum marjinal, serta menyiapkan anak didik menjadi generasi yang selamat dalam kehannya di dunia dan akhirat (hasanah fi al-dunya wa al-âkhirah).


Karena itu Mastuhu berpendapat bahwa pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia (human dignity) atau memperlakukan manusia sebagai humanizing human sehingga menjadi manusia yang sesungguhnya. Pendidikan humanistik menekankan pencarian makna personal dalam eksistensi anak. Peserta didik bebas menentukan tujuan pendidikan sesuai kebutuhan dan minatnya. Pencapaian tujuan ini menuntut adanya keterbukaan dan penggunaan imajinasi dan eksperimentasi. Karena itu, pendidik dianjurkan mengemas proses pendidikan sebagai bentuk kerjasama antar individu maupun sosial. Tujuan tersebut menjadi acuan dalam merumuskan sistem pendidikan sehingga dapat mewujudkan cita-cita pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia teraktualisasikan potensinya dengan optimal.

Pendidikan humanistik dalam Islam

Dengan demikian konsep pendidikan humanistik bertumpu pada peran semua pihak secara manusiawi dalam melahirkan generasi beriman, berilmu, dan beramal. Fakta adanya kekerasan (baca : Fazhzhan galizha al-qalb) di dunia pendidikan tentu bertolak belakang dengan konsep islam yang mengedepankan kasih sayang (rahmah). Karena dalam Islam , pemikiran pendidikan humanistik bersumber dari misi utama kerasulan nabi Muhammad SAW, yaitu memberikan rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia dan alam semesta.
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ (سباء : 28)
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ (الأنبياء : 107)
Spirit ayat inilah yang mengilhami pemikiran pendidikan yang dikembangkan menjadi pendidikan humanistik yang juga disebut pendidikan humanistik islami. Istilah pendidikan humanistik islami mencakup 2 konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan yakni pendidikan humanistik dan pendidikan Islam. Dalam pengintegrasian 2 konsep pendidikan ini dimaksudkan juga untuk mengurangi kelemahannya. Pendidikan humanistik yang menekankan kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius (islam) agar dapat membangun kehidupan sosial yang menjamin kemerdekaan dengan tidak meninggalkan nilai ajaran agama. Kemerdekaan individu dalam pendidikan humanistik-islami dibatasi oleh nilai ajaran Islam. Nilai-nilai agama diharapkan menjadi di pendorong perwujudan nilai-nilai kemanusiaan. Pemisahan antara kedua konsep tersebut akan menyebabkan tidak terwujudnya nilai-nilai humanisme Islam dalam sistem pendidikan.

Post a Comment for "Pendidikan Humanis Versi Islam"