Pendidikan : Urgensi Pendidikan Agama Sebagai Benteng Bangsa
Makna beragama dalam kebangsaan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, adapun orang yang tidak beragama dalam suatu bangsa maka seorang tersebut tidak mempunyai makna dan tujuan hidup sebenarnya. Agama berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan dan alam gaib, pengaturan tentang ucapan-ucapan ritual, serta aturan-aturan dan norma-norma yang mengikat para penganutnya.
Baca Juga : Pendidikan Humanis Versi Islam
Masalah ketuhanan merupakan dasar yang paling penting dalam agama. Berkaitan dengan masalah ketuhanan dan hal-hal yang gaib ini, dalam perkembangan pemikiran manusia telah muncul berbagai pandangan antara lain dinamisme, animisme, politeisme, dan monoteisme. Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang dimiliki oleh benda-benda tertentu. Hal ini merupakan kepercayaan masytakat primitif. Tujuan manusia yang mempunyai paham dinamisme ini adalah memiliki kekuatan sebanyak-banyaknya melalui benda-benda tertentu.
Kepercayaan primitif ini tidaklah hilang begitu saja, tetapi berkembang dan hidup pada situasi dan kondisi tertentu. Ia merupakan keyakinan yang pada saat tertentu, manusia dapat kembali kepada kepercayaan tersebut walaupun bentuk-bentuk benda dan barang lainnya berubah-ubah. Misalnya pada tuah yang pada keris di kalangan masyarakat tertentu, tidak terkecuali pada masyarakat modern sekarang ini. Makna animisme dalam beragama menjadi sebuah kepercayaan masyarakat primitif lain sebagai perkembangan dari ajaran animisme.
Kepercayaan animesme berpendapat bahwa semua benda, baik yang bernyawa atau tidak bernyawa mempunyai roh yang tersusun dari zat atau materi yang halus, roh ini mempunyai kekuatan dan kehendak, bisa merasa senang dan marah. Jika roh ini marah akan melahirkan malapetaka, karena itu manusia harus mencari keridhaannya dengan memberi makan atau pengorbanan dan mengadakan pesta-pesta tertentu. Dalam politisme sesuatu yang misterius segera didewakan apapun bentuknya, bisa dalam bentuk benda nyata maupun pikiran. Agama juga sangat penting dalam prospektif identitas berbangsa yang dimana identitas tersebut sangat di perlukan untuk mengetahui atau mendorong perilaku tertentu sesuai dengan identitas yang berada dalam diri sendiri sehingga melahirkan kesadaran, kebanggaan dan tanggung jawab.
Adapun ruang lingkup beragama menjadikan suatu sistem nilai yang meliputi tiga persoalan pokok:
Pertama, adanya keyakinan atau credial, yang mana merupakan bagian penting dari agama untuk menumbuhkan akan adanya sesuatu kekuatan yang supranatural, dzat yang Maha Mutlak di luar kehidupan manusia.
Kedua, pribadatan atau ritual, yang merupakan sebuah tingkah laku dan perbuatan–perbuatan manusia dalam berhubungan dengan dzat yang diyakini sebagai konsekuensi dari sebuah keyakinan akan keberadaan Tuhan.
Ketiga, mantaati aturan, kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, atau manusia dengan alam lainnya sesuai dengan keyakinan dan pribadatan.
Keterkaitannya agama dengan bangsa ialah merupakan sebuah bentuk pengimplementasiannya, bahwasanya agama bagian penting dari kebangsaan untuk menciptakan sebuah kedamaian antar agama lain yang terdapat dimasing-masing negara. Adapun dalil agama terhadap bangsa yang sebagaiaman sudah dikatakan oleh Rasululah SAW, manusia akan kembali kepada fitrahnya. Maka seorang ulama menyetir hadis di bawah ini, untuk menciptakan bahwa beragama dapat menumbuhkakn sifat kedamaian dalam menghadapi persoalan beragama. Yang berbunyi:
وفي أصل الفطرة أن الشعوب ليس بينها عداوة وأن فطرة الناس السوية التي خلقوا عليها لاتخلق المسائل أو التباعد بين الشعوب لأنها نداء الوجدان إلى المحبة والراحة والسعادة التي لاتتم إلا بالتعايش السلمي بين الشعوب, إنما تأتي العداوة من طغيان الهوى
“Di lihat dari segi hukum asal fitrah manusia, bahwasannya relasi antar anak bangsa sesungguhnya adalah ketiadaan permusuhan. Dan sesungguhnya hukum asal fitrah manusia itu adalah sama, yaitu mereka diciptakan tidak untuk membikin masalah dan saling bersitegang menjauh sesama anak bangsa itu. Ini adalah panggilan langsung dari Sang Khaliq, yaitu kepada saling mencintai antar sesama dan saling toleransi dan membina hidup bersama penuh kebahagiaan, yang semua ini tidak akan sempurna (terjadi) tanpa adanya kehidupan yang damai antar sesama mereka. Tindakan suka bermusuhan, asalnya adalah berangkat dari dorongan hawa nafsu.” (Abdul Aziz al-Iwadly, al-Qawa’id al-Kubra li al-Ta’ayusy al-Silmy min Khil al al-Qawa’id al-Kulliyyah, disampaikan dalam al-Mu’tamar al-Shahafy li Nadwati Tathawwuri al-Ulum al-Fiqhiyah al-Tsaniyata ‘Asyara, oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Mesir, pada tanggal: 13 Maret 2013 M).
Dalam konsep beragama perlunnya kita pengetahuan, dengan adanya pengetahuan maka seseorang akan tau bagaimana ia menjalankan kepribadiannya dalam beragama dan berbangsa dalam kehidupannya. Walaupun dinegara ini berbeda beda agama, dengan adanya agama kita tetap bersatu sebagaimana yang dikutip oleh para pejuang “walaupun kita berbeda-beda tetapi kita tetap bersatu”. Makna dari (Bhineka Tunggal Ika), di samping itu pendidikan agama juga sangat berpengaruh terhadap bangsa. karena dikutip dari sejarah dimana Bangsa Indonesia merdeka karena para ulama dan santri yang dimana di dalamnya para tokoh agama serta orang-orang yang paham terhadap ilmu pendidikan agama.
Dengan adanya pendidikan agama, mampu menumbuhkan sikap keyakinan terhadap seseorang untuk melakukan hal yang posistif walaupun dilihatnya itu mustahil seperti “disaat memerdekakan suatu bangsa masyarakat indonesia tidak mempunyai alat perang yang dimiliki oleh para musuh-musuh tesebut, sedangkan masyarakat dan para tokoh berkostribusi untuk mengikuti peperangan dengan alat seadanya seperti menggunakan bambu runcing” , jika dilihat maka hal itu mustahil dalam konsep meraih kemenangan. Jadi dengan adanya pendidikan agama mampu membuat dirinya yakin untuk melakukanya. Karenanya di dalam agama juga mampu membuat seorang yakin terhadap hal yang mustahil . Hal itu semua didasari dengan sebuah pendidikan atau pengetahuan yang dimana mampu membuat seseorang meyakini adanya pertolongan dari Allah SWT.
Ada dalam sebuah qoul ulama dikatakan:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu."
Jadi apabila kita menginginkan segala hal baik itu terkait perkara dunia maupun akhirat, kita harus bisa menguasai ilmu dalam hal tersebut. seperti apabila kita ingin mempertahankan bangsa kita dari degradasi moral dalam menurunnya sifat berakhlakul karimah, maka kita harus belajar bagaimana caranya menerapkan ilmu dalam berakhlakul karimah yaitu dengan cara menguatkan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. Akibatnya banyak anak cerdas yang justru terjerumus dalam narkoba, seks bebas, tawuran, dan korupsi ketika dewasa - Seto Mulyadi
Post a Comment for "Pendidikan : Urgensi Pendidikan Agama Sebagai Benteng Bangsa"