Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tasawuf Falsafi dan pemikiran tokohnya

Pengertian Tasawuf Falsafi

Ar-Rasyiid - Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang menggabungkan rasa sufistik dengan pandangan lain yang sifatnya rasional. Tasawuf falsafi mulai muncul sekitar abad 6 dan 7 Hijriyah. Adanya penggabungan ajaran tasawuf dan filsafat membuat ajaran tasawuf falsafi bercampur dengan ajaran filsafat yang ada di luar Islam seperti Yunani, Persia, dan India.

Pemikiran Tasawuf Falsafi Al Hallaj

Al-Hallaj

Al-Hallaj nama lengkapnya adalah abu Mufid Al Husein bin Manshur mahama Al baidhawi Al hallaj. Beliau lahir pada tahun 244 Hijriyah atau 858 Masehi di sebuah desa yang bernama tur. Ada tiga ajaran tasawuf  Falsafi Al-Hallaj, yaitu hulul, al-haqiqoh Al Muhammadiyah, dan kesatuan segala agama.
Hulul merupakan paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh tubuh manusia tertentu untuk  mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Ajaran Tasawuf Falsafi kedua al-hallaj adalah Nur Muhammadiyah yaitu bentuk kesinambungan dari hulul. Nur Muhammadiyah merupakan cerminan dari hulul Tuhan kepada manusia.
Ungkapan Al-Hallaj:
اَنَ سِّرُ الْحَقِّ مَاالحَقُّ اَنَا  بَلْ اَنَا حَقٌّ فَفَرِّقْ بَيْنَنَا
Aku adalah rahasia Yang Maha Benar Dan Bukanlah Yang Maha Benar itu aku, Aku hanya satu dari yang benar Maka bedakanlah antara kami

Pemikiran Tasawuf Falsafi Al Bustomi

Abu Yazid al-Busthami

Nama aslinya dialah Thaifur bin Isa bin Surushan. Lahir pada tahun 188 hijriah di sebuah desa bernama Bustam Persia. Dan wafat pada tahun 261 Hijriyah, walaupun ada juga yang mengatakan wafat pada tahun 264 Hijriyah.
Ada tiga konsep ajaran tasawuf Falsafi pada Al Bustomi, yaitu fana’, baqo’, dan Ittihad. Dalam fana’ seseorang akan memasuki fase laa shu'ur, yaitu fase dimana tidak merasa kan apa-apa sampai tidak bisa merasakan wujud dirinya sendiri dia akan merasa bisa memasuki wujud Tuhan. Untuk memasuki fase ini bukanlah perkara yang mudah perlu proses yang panjang. Apabila seseorang dalam keadaan fana’ mungkin ucapan dan tindakannya akan memunculkan kontroversi.
Ucapan Al-busthomi pada fase ini:
اَعْرِفُهُ بِي حَتَّى فَنَيْتُ ثُمَّ عَرَفْتُهُ بِهِ فَحَيَيْتُ
Aku tahu pada Tuhan melalui diriku, hingga aku hancur. Kemudian aku tahu pada-Nya melalui diri-Nya, maka aku pun hidup
Lanjutan dari fana’ ialah fase ittihad yaitu ketika seseorang sudah mencapai fase fana’ al fana’ maka ia akan mengalami Ittihad. yaitu keadaan dimana seseorang telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Ittihad berawal dari fase fana’. Dalam hal ini al-Bustami meninggalkan dirinya dan pergi kehadirat Tuhan.
Ucapan Al- Busthami pada fase Ittihad:
قَالَ يَا اَبَا يَزِيْد اِنَّهُمْ كُلُّهُمْ خَلْقِيْ غَيْرَكَ فَقُلْتُ فَاَنَا اَنْتَ وَ اَنْتَ اَنَا وَ اَنَا اَنْتَ
Tuhan berkata “Hai Abu Yazid, semuanya dari mereka adalah makhluk-Ku kecuali engkau. Aku pun berkata: “aku adalah Engkau, Engkau adalah aku, dan aku adalah Engkau

Post a Comment for "Tasawuf Falsafi dan pemikiran tokohnya"